Gambar : belajaraturanislam.blogspot.com |
بِسْÙ…ِ
اللَّÙ‡ِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِيم
Pada suatu hari, di sebuah majelis yang dipimpin oleh Sholih Al-Murri, seorang pemuda maksiat hadir dalam keadaan gelap hati. Sholih Al-Murri memberikan nasihat tentang akhirat dan keadaan orang-orang yang masuk neraka. Ketika ia menyampaikan kata-kata tersebut, tangisnya tidak bisa dibendung. "Wahai yang buruk pendanganya, wahai yang buruk tempat kembalinya!" ucapnya sambil meneteskan air mata. Semua orang yang hadir pun terhanyut dalam tangis, termasuk pemuda maksiat tersebut.
Pemuda itu berdiri dan bertanya kepada Sholih
Al-Murri, apakah semua itu akan terjadi pada hari kiamat. Dengan tegas, Sholih
Al-Murri menjawab bahwa semua itu benar-benar akan terjadi. Ia menceritakan
tentang teriakan-teriakan yang akan terdengar di neraka dan betapa
mengerikannya siksaan di sana. Pemuda itu merasa terguncang oleh cerita
tersebut dan merenungkan betapa ia telah melalaikan ketaatan kepada Allah
sepanjang hidupnya. Rasa penyesalannya begitu mendalam.
Kemudian, dengan penuh penyesalan dan rasa takut
kepada Allah, pemuda itu berlutut di hadapan-Nya. Ia mengarahkan pandangannya
ke arah kiblat dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Doanya penuh dengan ketulusan
dan kesungguhan hati. Ia berjanji untuk bertaubat kepada Allah dengan
sebenar-benarnya dan memohon ampunan-Nya. Setelah berdoa, pemuda itu pingsan
dan dibawa pulang oleh orang-orang yang hadir di majelis, sambil terdengar
tangisan mereka yang penuh penyesalan.
Hari-hari berikutnya, Sholih Al-Murri terus berdoa
dengan penuh harap kepada Allah. Suatu ketika, saat ia sedang berdoa, pemuda
yang sebelumnya pingsan itu melintas di dekatnya. Pemuda itu terhenti sejenak
dan mendengarkan doa Sholih Al-Murri. Ketika Sholih Al-Murri mengucapkan
kata-kata, "Ya Allah, ampunilah orang yang paling keras hatinya di antara
kami, yang paling beku matanya di antara kami, dan yang paling baru melanggar
janji di antara kami," pemuda itu tiba-tiba merasa lemah dan akhirnya
meninggal dunia.
Malam itu, pemuda itu muncul dalam mimpi. Ia melihat
dirinya di hadapan Allah. Ketika ditanya tentang apa yang Allah lakukan
padanya, pemuda itu menjawab dengan gembira, "Allah telah
mengampuniku." Kemudian ia ditanya, "Karena apa?" Pemuda itu
menjawab, "Karena doa Sholih Al-Murri. Di antara orang-orang yang hadir di
majelis itu, tidak ada yang lebih baru melakukan kemaksiatan daripada diriku.
Namun doa Sholih Al-Murri bertepatan dengan saat Allah mengabulkannya, sehingga
aku pun diampuni."
Kisah ini menjadi bukti nyata akan kehebatan doa
yang tulus dan pengampunan Allah yang tiada batas. Pemuda yang hidup dalam
kemaksiatan dan terlena dengan dosa-dosanya diberikan kesempatan untuk
bertaubat dan mendapatkan ampunan-Nya. Doa Sholih Al-Murri yang penuh kasih dan
keikhlasan telah menyelamatkan jiwa pemuda tersebut. Kisah ini menjadi
pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya bertaubat dan berdoa dengan
sungguh-sungguh kepada Allah, sekalipun dosa-dosa kita terasa begitu besar.
0 Komentar